Tanya :
Saya sedang berpikir untuk menempatkan sebagian dana saya di reksadana atau malah langsung ke instrumen tetapi saya takut untuk memulainya. Terus terang dana yang akan dipakai tersebut sebagian adalah dana darurat keluarga kami. Kami ingin mendapatkan penjelasan yang cukup agar saya dapat mulai berinvestasi.
Djoko S, Surabaya
Jawab :
Terima kasih Pak Djoko atas pertanyaannya. Terus terang pertanyaan yang Bapak ajukan merupakan pertanyaan yang umum diajukan oleh sebagian besar masyarakat kita. Masyarakat kita sampai saat ini masih masyarakat menabung, artinya sebagian besar dana yang persiapkan untuk masa mendatang disimpan dalam tabungan di Bank. Tetapi ada sebagian kecil yang sudah menjadi masyarakat yang berinvestasi. Sebagian besar dana yang mereka simpan dalam portofolio investasi, apakah dalam bentuk reksadana, saham atau malah dalam bentuk properti.
Lain dengan dunia menabung, dunia investasi memiliki dua sisi yang harus diperhatikan. Satu sisi adalah tingkat pengembalian investasi atau dalam dunia menabung sering disebut sebagai bunga. Sedangkan sisi satunya adalah risiko. Semakin tinggi potensi tingkat pengembalian investasinya, maka semakin tinggi potensi tingkat risikonya. Kadangkala orang hanya melihat tingkat pengembaliannya investasinya, tanpa melihat tingkat risikonya. Ambil contoh kasus Qsar, dimana banyak orang tergiur dengan tingkat pengembalian investasi yang “sangat” menggiurkan. Tapi apa yang terjadi, banyak orang akhirnya harus gigit jari, karena risiko yang sebenarnya sudah dapat diprediksikan terjadi. Banyak kasus lain, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Intinya adalah kita harus melihat dua sisi dari suatu instrumen investasi, tingkat pengembalian investasi dan risiko investasinya.
Kemudian, instrumen apa yang bisa kita pakai sebagai “kendaraan” untuk melipatgandakan dana yang kita miliki? Jawabannya banyak. Kita dapat langsung berinvestasi di instrumen obligasi, saham, SBI dan lain sebagainya. Tetapi untuk berinvestasi di sana perlu dana yang cukup besar, sebagai contoh untuk bisa bermain saham, minimal dana yang harus disediakan sekitar Rp. 25 juta, apalagi obligasi yang mensyaratkan minimal dana lebih tinggi lagi. Ada satu bentuk instrumen investasi yang merupakan “turunan” dari instrumen tadi yang kita kenal sebagai reksadana atau dalam bahasa inggris disebut sebagai mutual fund. Ada beberapa macam jenis reksadana, ada yang berbasis instrumen pasar uang, obligasi, saham atau campuran dari instrumen-instrumen tersebut. Reksadana pasar uang yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan tingkat bunga deposito, memiliki potensi risiko yang relatif rendah. Sedangkan reksadana saham yang memiliki tingkat pengembalian investasi yang tinggi, memiliki potensi risiko yang tinggi pula.
Lalu dimana reksadana dapat dibeli? Saat ini banyak bank pemerintah, bank swasta nasional maupun bank asing yang menjadi agen penjual reksadana ini. Atau kita bisa juga langsung berhubungan dengan manajer investasi yang menerbitkan reksadana tersebut.
Kita dapat memilih jenis reksadana yang sesuai dengan karakter kita. Orang-orang tertentu sangat menikmati berinvestasi di instrumen yang fluktuatif, sedangkan orang lainnya senang berinvestasi di instrumen yang “relatif tenang”. Biasanya di tempat kita akan membeli reksadana, ada semacam kuesioner untuk melihat karakter dalam berinvestasi kita.
Bapak Djoko, pilihan ada di tangan Bapak. Pelajari dengan seksama instrumen investasi yang akan dipilih sebagai “kendaraan” untuk melipatgandakan dana kita.
Selamat berinvestasi.
Saya sedang berpikir untuk menempatkan sebagian dana saya di reksadana atau malah langsung ke instrumen tetapi saya takut untuk memulainya. Terus terang dana yang akan dipakai tersebut sebagian adalah dana darurat keluarga kami. Kami ingin mendapatkan penjelasan yang cukup agar saya dapat mulai berinvestasi.
Djoko S, Surabaya
Jawab :
Terima kasih Pak Djoko atas pertanyaannya. Terus terang pertanyaan yang Bapak ajukan merupakan pertanyaan yang umum diajukan oleh sebagian besar masyarakat kita. Masyarakat kita sampai saat ini masih masyarakat menabung, artinya sebagian besar dana yang persiapkan untuk masa mendatang disimpan dalam tabungan di Bank. Tetapi ada sebagian kecil yang sudah menjadi masyarakat yang berinvestasi. Sebagian besar dana yang mereka simpan dalam portofolio investasi, apakah dalam bentuk reksadana, saham atau malah dalam bentuk properti.
Lain dengan dunia menabung, dunia investasi memiliki dua sisi yang harus diperhatikan. Satu sisi adalah tingkat pengembalian investasi atau dalam dunia menabung sering disebut sebagai bunga. Sedangkan sisi satunya adalah risiko. Semakin tinggi potensi tingkat pengembalian investasinya, maka semakin tinggi potensi tingkat risikonya. Kadangkala orang hanya melihat tingkat pengembaliannya investasinya, tanpa melihat tingkat risikonya. Ambil contoh kasus Qsar, dimana banyak orang tergiur dengan tingkat pengembalian investasi yang “sangat” menggiurkan. Tapi apa yang terjadi, banyak orang akhirnya harus gigit jari, karena risiko yang sebenarnya sudah dapat diprediksikan terjadi. Banyak kasus lain, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Intinya adalah kita harus melihat dua sisi dari suatu instrumen investasi, tingkat pengembalian investasi dan risiko investasinya.
Kemudian, instrumen apa yang bisa kita pakai sebagai “kendaraan” untuk melipatgandakan dana yang kita miliki? Jawabannya banyak. Kita dapat langsung berinvestasi di instrumen obligasi, saham, SBI dan lain sebagainya. Tetapi untuk berinvestasi di sana perlu dana yang cukup besar, sebagai contoh untuk bisa bermain saham, minimal dana yang harus disediakan sekitar Rp. 25 juta, apalagi obligasi yang mensyaratkan minimal dana lebih tinggi lagi. Ada satu bentuk instrumen investasi yang merupakan “turunan” dari instrumen tadi yang kita kenal sebagai reksadana atau dalam bahasa inggris disebut sebagai mutual fund. Ada beberapa macam jenis reksadana, ada yang berbasis instrumen pasar uang, obligasi, saham atau campuran dari instrumen-instrumen tersebut. Reksadana pasar uang yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan tingkat bunga deposito, memiliki potensi risiko yang relatif rendah. Sedangkan reksadana saham yang memiliki tingkat pengembalian investasi yang tinggi, memiliki potensi risiko yang tinggi pula.
Lalu dimana reksadana dapat dibeli? Saat ini banyak bank pemerintah, bank swasta nasional maupun bank asing yang menjadi agen penjual reksadana ini. Atau kita bisa juga langsung berhubungan dengan manajer investasi yang menerbitkan reksadana tersebut.
Kita dapat memilih jenis reksadana yang sesuai dengan karakter kita. Orang-orang tertentu sangat menikmati berinvestasi di instrumen yang fluktuatif, sedangkan orang lainnya senang berinvestasi di instrumen yang “relatif tenang”. Biasanya di tempat kita akan membeli reksadana, ada semacam kuesioner untuk melihat karakter dalam berinvestasi kita.
Bapak Djoko, pilihan ada di tangan Bapak. Pelajari dengan seksama instrumen investasi yang akan dipilih sebagai “kendaraan” untuk melipatgandakan dana kita.
Selamat berinvestasi.
No comments:
Post a Comment