Thursday, October 28, 2010

Mempersiapkan Pensiun

Tanya :

Pengasuh rubrik yang terhormat, saya seorang pegawai perusahaan swasta. Fasilitas yang saya peroleh cukup baik, termasuk adanya program pensiun. Tetapi setelah dihitung besarnya uang pensiun yang saya dapat, rasanya tidak cukup untuk membiayai kehidupan saya dan istri di usia senja. Saya memerlukan informasi yang memadai untuk mempersiapkan masa pensiun kami.

Adi Prasetyo, Sidoarjo

Jawab :

Pak Adi yang baik, anda tampaknya cukup berpikiran jauh. Memang pada umumnya uang pensiun yang disediakan oleh tempat kita bekerja “hanyalah” bantuan untuk membiayai masa pensiun. Kita sendirilah yang harus mempersiapkan biaya saat kita memasuki masa pensiun.

Setiap orang pastilah memiliki angan-angan yang berbeda pada saat memasuki masa pensiunnya. Ada yang berkeinginan untuk tinggal di daerah asalnya, misalnya di sebuah pedesaan yang jauh dari keramaian kota. Ada pula yang ingin jalan-jalan keliling dunia. Ada pula yang ingin hidup di sebuah panti jompo yang terawat baik agar dia tidak perlu pusing-pusing untuk memikirkan operasional rumah tangganya.

Setiap keinginan tersebut pastilah memerlukan biaya yang berbeda. Berapa besar biayanya tergantung dari “model” kehidupan yang kita inginkan. Selain itu ada biaya lain yang meningkat cukup drastis yaitu biaya kesehatan. Saat memasuki masa pensiun, tingkat kesehatan kita pastilah menurun atau minimal berkurang dari masa sebelum pensiun. Mahalnya biaya kesehatan saaat pensiun, selain karena tingkat inflasi biaya kesehatan lebih tinggi daripada tingkat inflasi rata-rata. juga karena risiko sakit saat usia tua meningkat.

Ada banyak jalan agar kehidupan saat pensiun dapat kita lalui dengan sejahtera. Adanya program pensiun dari tempat kita bekerja akan membantu kita untuk mulai merencanakan biaya pensiun. Kemudian kita lihat berapa besar kebutuhan dana yang diperlukan pada masa pensiun yang akan kita jalani. Selisih antara kebutuhan pensiun dan uang pensiun dari program yang diselenggarakan oleh tempat kita bekerja merupakan besar biaya pensiun yang harus kita persiapkan sendiri. Kita dapat membeli produk asuransi tertentu yang memang dapat kita pakai untuk membiayai pensiun, atau dapat juga membeli produk dana pensiun dari DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) yang dikelola oleh Bank atau Asuransi.

Untuk membiayai kesehatan, kita perlu melihat beberapa produk asuransi kesehatan yang memang diperuntukkan bagi pembiayaan kesehatan masa pensiun. Atau jika anda kurang puas dengan terbatasnya produk untuk pensiunan di dalam negeri, anda bisa juga melirik produk pensiun dari negara tetangga.

Ada sedikit catatan, jika perusahaan tempat anda bekerja telah memiliki program pensiun sendiri pastilah perusahaan tersebut sangat memperhatikan karyawannya. Karena saat pensiun, selain karyawan akan memperoleh uang dari program pensiun tersebut, juga mendapatkan uang dari program Jamsostek dan sejumlah uang lumpsum (atau sekaligus) berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan. Uang pensiun dari beberapa sumber tersebut dapat anda mengurangi besarnya uang pensiun yang harus kita rencanakan sendiri.

Kepedulian anda untuk memikirkan pensiun mulai saat ini, akan membantu anda untuk kehidupan pensiun yang sejahtera.

Selamat mempersiapkan diri.

Tuesday, September 28, 2010

Menata kembali keuangan pasca Lebaran

Tanya :
Pengasuh rubrik yang terhormat, kondisi keuangan kami pasca Lebaran berubah cukup signifikan. Terutama adanya kenaikan akibat meroketnya harga BBM, juga pengaruh dari masa Lebaran kemarin. Kami ingin merapikan keuangan kembali agar tujuan-tujuan kami selanjutnya tidak terganggu dengan kondisi tersebut.
Eko Prasojo, Sidoarjo

Jawab :
Bapak Eko yang penuh perhitungan, memang masa Lebaran kali ini dipenuhi dengan gejolak ekonomi yang cukup drastis, mulai dari kenaikan harga BBM yang cukup tinggi, sampai kenaikan harga akibat permintaan akan barang yang cukup tinggi selama Lebaran. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk merapikan kembali keuangan di bawah ini.

Pertama, lihat pengeluaran – pengeluaran yang aktual saat ini. Tentunya pengeluaran rutin akan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Contohnya adalah kebutuhan akan BBM untuk alat transportasi anda. Dengan asumsi kenaikan harga BBM yang sekitar 100%, maka dengan aktivitas yang sama, diperlukan anggaran dua kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.

Lihatlah pengeluaran belanja harian kita, meskipun kenaikannya tidaklah sebesar harga BBM, tetapi dari total belanja harian yang kita lakukan setiap bulan kenaikannya akan terasa cukup signifikan.

Pengeluaran untuk pembantu. Beberapa keluarga yang memiliki pembantu, akan memberikan kenaikan gaji sesuai Lebaran kali ini. Kenaikan harus kita perhitungkan, karena pasti akan menyedot sebagian dari pendapatan kita.

Kedua, bandingkan pengeluaran sebelum dan sesudah Lebaran, dan kemudian lihat pendapatan kita. Apakah pendapatan kita masih bisa mengatasi dampak dari kenaikan biaya bulanan kita di atas? Jika tidak, maka ada beberapa pos pengeluaran yang perlu dikurangi bahkan dihapus sama sekali. Ini tentunya akan mengurangi “kenikmatan” kita. Tetapi mau nggak mau kita harus lakukan, agar tujuan jangka panjang kita tetap sesuai rencana semula.

Ketiga, susun anggaran keuangan baru pasca Lebaran. Setelah melakukan langkah pertama dan kedua, tentunya kita akan mendapatkan anggaran baru untuk keuangan kita. Kita harus memastikan bahwa anggaran tersebut dapat kita patuhi dan kita lakukan dengan tertib. Jika tidak, maka akan terjadi defisit, bahkan keuangan keluarga akan menjadi “bangkrut” karenanya.

Selamat menyusun anggaran baru & tetap fokus pada tujuan jangka panjang kita.

Sunday, April 18, 2010

Menabung Dengan Tertib

Tanya :

Saya adalah pegawai rendahan dari sebuah instansi swasta di Surabaya. Selama ini hanya sedikit dari bagian pendapatan untuk ditabung. Kami ingin tabungan yang dikumpulkan mencapai jumlah tertentu, sehingga cukup untuk membiayai sekolah anak, memperbaiki rumah, dan membeli sepeda motor baru. Tetapi kami bingung, bagaimana mengalokasikan pendapatan kami agar ada dana yang ditabung meningkat setiap bulannya. Mohon sarannya.

Agus Sugihanto, Sidoarjo


Jawab :

Pak Agus, terima kasih atas pertanyaan yang sudah dilayangkan. Persoalan yang Anda hadapi saat ini juga terjadi pada orang lain, tetapi sedikit yang berhasil untuk lepas dari persoalan tersebut. Untuk itu kami sedikit memberi beberapa saran berikut ini.

Agar bagian pendapatan yang ditabung meningkat ada 2 cara yaitu dengan meningkatkan pendapatan dan pengeluaran tetap seperti semula, atau menerima pendapatan yang ada saat ini dan menekan pengeluaran sampai jumlah tertentu. Sepertinya meningkatkan pendapatan perlu waktu untuk merealisasikannya, untuk itu kita fokus bagaimana dengan menekan pengeluaran sampai jumlah tertentu.


Anda mungkin terbayang bagaimana sulitnya menekan pengeluaran yang ada saat ini. Tetapi mungkin bisa dicoba dengan memperjelas tujuan Anda menabung, seperti menyekolahkan anak, memperbaiki rumah, dan membeli motor yang baru. Dari ketiga tujuan tersebut manakah yang paling mendesak untuk direalisasikan. Jika memperbaiki rumah adalah hal yang harus dilakukan terlebih dahulu, maka hitunglah lebih detil berapa besar dana yang dibutuhkan. Kemudian hitung tabungan Anda saat ini, dan berapa besar yang disisihkan setiap bulannya.


Dengan membayangkan rumah yang nyaman setelah direnovasi, maka Anda akan termotivasi untuk menyisihkan sebanyak mungkin bagian pendapatan yang dialokasikan untuk tabungan. Ajaklah bicara keluarga Anda agar memahami “masa bersakit-sakit” ini, agar motivasi Anda semakin kuat untuk merealisasikan tujuan tersebut.


Dengan bantuan dari tujuan di atas, Anda akan mulai terbiasa dengan menabung dengan jumlah tertentu dan nantinya hal ini akan menjadi kebiasaan baik yang bisa Anda lakukan untuk selanjutnya. Dan kondisi ideal, dimana 10% dari pendapatan dialokasikan untuk tabungan akan dengan mudah tercapai.


Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.


Selamat menabung.

Monday, March 15, 2010

Menghadapi Masa Krisis

Tanya :
Pengasuh rubrik yang terhormat, melihat situasi saat ini dimana dampak kenaikan BBM sudah di depan mata, juga lebaran yang sudah dekat. Kami khawatir akan kenaikan harga yang tidak terkendali, sehingga pendapatan yang kami terima tidak cukup untuk membiayai hidup kami sehari-hari. Terus terang kami sangat khawatir dengan keadaan ini, apalagi beberapa barang kebutuhan pokok harganya sudah merayap naik. Kami ingin mendapatkan saran bagaimana mengatasi hal ini.
Jogi Purnomo, Sidoarjo

Jawab :
Pak Jogi, kekhawatiran bapak juga dirasakan oleh sebagian besar teman-teman kita. Ada beberapa hal yang perlu dilihat untuk menghadapi masa yang cukup berat ini. Mudah-mudahan beberapa saran ini di bawah ini membantu dalam menghadapi persoalan keluarga bapak.

1. Berpikirlah postif
Mengapa kita perlu berpikir positif? Karena setiap kondisi paling buruk sekalipun pasti dapat kita jadikan sebagai langkah awal untuk melakukan perbaikan keuangan keluarga kita. Dalam hal ini kita dapat melihat kembali pendapatan dan pengeluaran kita.

2. Teliti pengeluaran kita
Apakah pengeluaran yang kita lakukan setiap bulannya adalah pengeluaran yang benar – benar kita harus keluarkan. Contohnya : kalau setiap kali kita keluar rumah perlu membeli softdrink, pertanyaannya adalah apakah pengeluaran perlu dan harus kita lakukan? Apakah bisa diganti dengan hal yang lain, misalnya membawa minum dari rumah.

3. Buatlah daftar pengeluaran setiap bulannya
Dengan membuat daftar ini, kita dapat melihat dengan lebih seksama pengeluaran setiap bulannya. Pasti ada pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu dilakukan, dan pastikan pengeluaran tersebut kita coret dari daftar di bulan depannya.

4. Prioritaskan pengeluaran yang paling penting
Pada beberapa kondisi mencoret beberapa pengeluaran tidak membantu banyak. Lalu apa yang harus kita lakukan? Selanjutnya buatlah daftar prioritas terhadap pengeluaran-pengeluaran yang ada. Prioritas yang paling tinggi, bisa kita lakukan segera. Sedangkan prioritas yang paling rendah, dapat kita tunda atau kita coret dari pengeluaran kita.

5. Lakukan dengan tertib
Dengan melakukannya secara tertib, maka keluarga kita akan tetap survive di masa krisis ini.

Berpikir postif dan tetap survive di masa krisis.

Tuesday, March 2, 2010

Pendidikan Anak

Tanya :
Pengasuh rubrik Kelola Keuangan Keluarga, saya adalah kepala keluarga dengan 2 orang yang masih kecil. Anak yang pertama sudah memasuki tingkat sekolah dasar tahun 2004 ini, sedangkan anak yang kecil baru memasuki tingkat TK. Saat memasukkan anak pertama kami ke SD, kami terkejut ternyata biaya sekolah yang harus kami bayarkan cukup tinggi. Itu baru tingkat dasar, belum lagi tingkat yang lebih tinggi, SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Kami ingin mempersiapkan biaya pendidikan anak ini sedini mungkin, agar anak kami dapat memperoleh pendidikan yang memadai untuk hidupnya kelak. Mohon bantuannya.
Agus Supriyadi, Surabaya

Jawab :
Pak Amir yang peduli pendidikan anak, memang bicara pendidikan adalah bicara sesuatu yang “mahal” dan harus dipersiapkan dengan baik, sehingga tujuan yang kita inginkan itu dapat dicapai.

Dalam mempersiapkan biaya pendidikan anak, pertama kali yang harus kita lakukan adalah kemana kita akan menyekolahkan anak kita, dan sampai tingkat apa. Tempat menyekolahkan anak sangat mempengaruhi berapa besar dana yang harus dipersiapkan. Antara sekolah negeri dan sekolah swasta memiliki tingkat biaya yang berbeda. Apalagi jika menyekolahkan anak kita ke luar negeri.

Kemudian sampai tingkat apa anak kita mau kita sekolahkan. Ada orangtua yang menyekolahkan anaknya sampai tingkat S1, bahkan ada yang punya keinginan sampai tingkat S2. Ini juga mempengaruhi besar dana yang dipersiapkan. Untuk tingkat S2, beberapa perguruan tinggi di Indonesia memerlukan dana sekitar Rp. 50 juta. Sedangkan untuk S1 sekitar separuhnya.

Beberapa orangtua ada yang punya keinginan untuk menyekolahkan anaknya sampai ke luar negeri. Untuk ini perlu pertimbangan yang matang, karena biaya pendidikan untuk beberapa negara berbeda-beda. Sekolah di Australia, Amerika Serikat atau daratan Eropa memiliki tingkat biaya berbeda. Yang perlu dipersiapkan untuk sekolah di luar negeri, tidak hanya biaya pendidikannya, juga biaya hidup di sana.

Kedua, adalah bagaimana mempersiapkan biaya pendidikan tersebut. Banyak lembaga keuangan yang membantu kita untuk persiapan ini, apakah di perbankan, asuransi atau bahkan kita dapat mempersiapkan melalui jenis investasi lain yang sesuai dengan pengalaman dan kemampuan kita. Produk yang ada di perbankan, biasanya mengharuskan nasabah untuk menyisihkan pendapatan setiap bulan sesuai dengan target yang sudah ditentukan di awal. Biasanya disebut sebagai tabungan untuk pendidikan. Misalnya untuk anak kita yang masuk SMP 5 tahun lagi, kita memerlukan dana sebesar Rp. 20 juta. Maka bank akan menghitung berapa besar kita harus mengiur setiap bulannya.

Sedangkan produk asuransi lain lagi, ada yang menyebutnya asuransi pendidikan atau asuransi beasiswa. Produk asuransi biasanya mempunyai manfaat saat anak memasuki tahun-tahun sekolah, misalnya saat masuk SD, SMP, SMP atau perguruan tinggi. Agar kita dapat memperoleh manfaat asuransinya, kita harus membayar premi secara reguler atau secara sekaligus.

Untuk membiayai pendidikan ini, ada beberapa orangtua yang menyimpannya dalam bentuk lain, misalnya properti (apakah itu rumah atau tanah), bahkan ada yang mempersiapkannya dalam bentuk batangan emas.

Itu semua tergantung dengan kita, pengalaman kita dan kemampuan kita dalam mempersiapkan dana untuk pendidikan ini.

Jadi pertama, tentukan tujuan secara spesifik, baru kemudian “kendaraan” apa yang paling sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.

Selamat mempersiapkan diri.