Friday, July 25, 2008

Pensiun, dilihat dari beberapa sudut pandang

Membicarakan persoalan pensiun, seperti membayangkan persoalan yang jauh di awang-awang. Karena apa? Banyak orang beralasaan bahwa persoalan pensiun adalah persoalan yang masih jauh, mungkin masih 25 atau 30 tahun lagi, ada yang menyatakan bahwa mereka sudah dicover oleh perusahaan tempat bekerja dan mereka merasa cukup dengan uang pensiun yang akan mereka terima, ada pula yang menyatakan bahwa mereka dapat menumpang di rumah anak-anaknya yang sudah mandiri.

Lama Bekerja vs Masa “Menghabiskan” Pendapatan
Seperti kita tahu masyarakat kita pada umumnya akan pensiun pada usia 55 tahun dan kebanyakan mereka mulai bekerja pada usia 25 tahun. Jadi mereka akan bekerja selama 30 tahun. Lalu berapa lama pendapatan tersebut akan dipakai? Katakan mereka akan mencapai usia 70 tahun, jadi mereka menikmati masa pensiun selama 15 tahun. Maka pendapatan selama 30 tahun akan dipakai atau akan dihabiskan selama 45 tahun (30 tahun selama masa bekerja dan 15 tahun menikmati masa pensiun). Jadi 1/3 dari pendapatan selama kita aktif bekerja akan dipakai untuk mencover biaya kehidupan selama masa pensiun.

Sebagai contoh, seseorang yang berpendapatan sekitar 3 juta per bulan, maka 1 jutanya akan dipakai untuk membiayai kehidupan selama masa pensiun. Cukup besar bukan?

Lalu apa yang harus kita lakukan, jika kita tidak menyisihkan dana untuk kehidupan pensiun kita? Sebuah pertanyaan yang patut direnungkan.

Bergantung pada Anak?
Seperti pada awal tulisan tadi, ada beberapa orang yang berpikir untuk menggantungkan hidup pada anaknya yang sudah mandiri selama masa pensiunnya. Saya mencoba untuk membayangkan sebuah tunas yang baru tumbuh dan menjadi pohon yang baru menancap akarnya, tetapi kemudian sebuah pohon tua mencoba bergantung padanya. Apa yang terjadi? Beberapa pohon tadi menjadi mati karena akarnya tercabut dari tanah, dan sebagian lainnya pertumbuhannya melambat alias menjadi kerdil, tidak sebesar seperti normalnya.

Jadi seorang anak yang baru hidup secara mandiri, akan berusaha untuk berkembang secara cepat untuk menjadi mapan. Jika saat masa “pertumbuhannya” kita bebani dengan biaya kehidupan kita, maka secara finansial anak ini akan terhambat perkembangannya.

Kehidupan selanjutnya adalah kehidupan yang semakin individual, jadi anak-anak kita akan hidup dengan pendekatan individual tadi. Jadi bersiap-siaplah untuk menikmatinya berdua dengan pasangan kita. Bergantung pada anak saat masa pensiun, tampaknya akan menyulitkan kedua belah pihak.

Pengeluaran saat pensiun lebih kecil dibandingkan saat aktif bekerja?
Beberapa metode yang dipakai untuk menghitung besar dana yang dibutuhkan selama masa pensiun, menyatakan bahwa pengeluaran saat pensiun lebih kecil daripada saat kita aktif bekerja. Buat sebagian orang, hal itu benar. Tetapi sebagian lainnya, tidak. Mengapa?

Beberapa orang yang telah pensiun yang telah ditemui menyatakan bahwa saat ini mereka lebih sering melakukan perjalanan keluar negeri atau lebih sering bermain golf, karena saat ini mereka punya waktu yang lebih banyak untuk mengisi hari-harinya dengan hal tersebut. Atau ada yang menghabiskan masa pensiunnya untuk pergi ke dokter dan rumah sakit, karena saat memasuki mada pensiun mulai banyak penyakit yang “beranjangsana” ke tubuh kita.

Jadi pengeluaran saat pensiun belum tentu lebih kecil saat kita aktif bekerja.

Pensiun lebih muda?
Saat ini banyak orang terobsesi untuk pensiun lebih muda, mengapa demikian? Karena saat masih muda, kesehatan kita sedang bagus-bagusnya, waktu masih cukup banyak, sedangkan uang masih belum banyak dipunyai. Saat usia sudah matang, tubuh masih cukup fit, uang juga sudah cukup banyak terkumpul, tetapi waktu sudah tidak ada lagi. Saat usia pensiun, waktu cukup banyak, uang juga sudah terkumpul, tetapi kesehatan sudah jauh menurun, alias sering sakit-sakitan.

Jadi dengan pensiun lebih muda, maka seseorang harus “memindahkan” waktunya ke pihak lain, bisa ke orang lain, bisa ke sistem dan lain sebagainya. Saat waktu yang tidak dipunyai oleh kelompok usia matang ini telah berpindah dan karena kesehatan yang masih cukup baik, maka banyak hal bisa dilakukan untuk menikmati masa pensiun dini tadi.

Seseorang yang lebih awal menikmati masa pensiun dibandingkan usia pensiun normal rata-rata, lebih banyak menerima pendapatan untuk kehidupannya dari passive income. Apakah itu?

Active Income vs Passive Income
Active Income bisa diartikan secara sederhana sebagai pendapatan yang diterima berasal dari kita bekerja. Sedangkan Passive Income diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh berasal dari “mesin uang” yang kita miliki. Mesin uang ini bisa berupa bisnis yang sudah kita bangun sebelumnya, jaringan pemasaran yang luas di bawah kepemimpinan kita dimana kita tidak perlu bekerja lagi, atau menerima pendapatan dari dana pensiun.

Seseorang yang telah memasuki masa pensiun adalah orang yang menggantungkan pendapatannya dari passive income, dia tidak perlu bekerja lagi untuk memperoleh pendapatan untuk biaya kehidupannya.

Banyak cara yang bisa dilakukan agar passive income kita dapat menanggung biaya operasional kita. Saat passive income sudah dapat menanggung 100% dari biaya kehidupan kita disitulah anda memasuki gerbang kebebasan finansial atau financial freedom.

Uang Pensiun dari Program Pemerintah & dari Program yang diadakan Perusahaan
Beberapa orang merasa sudah cukup dengan diikutkannya mereka pada program pensiun yang diadakan pemerintah, misalnya para pegawai negeri yang akan menerima pensiun dari Taspen. Demikian pula dengan para pegawai swasta yang diikutksertakan pada program pensiun yang diselenggarakan oleh Perusahaan tempat mereka bekerja, baik bentuknya DPPK (Dana Pensiun Pemberi Kerja) atau diikutkan pada DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) yang diselenggarakan oleh Bank Umum atau Asuransi Jiwa.

Penelitian dari negara maju menyatakan bahwa uang pensiun dari pemerintah maupun yang diselenggarakan oleh perusahaan, tidaklah cukup untuk mengcover biaya kehidupan mereka selama masa pensiun. Beberapa perencana keuangan menyarankan angka 70% s.d. 80% dari gaji terakhir adalah angka yang cukup memadai untuk membiayai kehidupan selama masa pensiun.

Apakah kita sudah merasa cukup dengan kedua bentuk uang pensiun tadi?

Wednesday, July 9, 2008

Apa itu Kebebasan Finansial ?

Banyak orang sekarang ini terobsesi dengan istilah kebebasan finansial. Banyak konsep menawarkan kebebasan finansial ini. Akhirnya orang-orang terobsesi untuk pensiun lebih dini. Apakah itu kebebasan finansial? Bagaimana kita dapat melampaui sebuah kondisi yang dinamakan sebagai bebas secara finansial? Langkah-langkah yang apa diperlukan untuk itu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan kita bahas bersama-sama.

Robert T. Kiyosaki dalam bukunya Rich Dad, Poor Dad menulis bahwa kebebasan finansial diraih jika kekayaan tumbuh secara otomatis di atas inflasi meskipun orang tersebut tidak bekerja lagi. Bagaimana mencapai kondisi tersebut, banyak Multi Level Marketing (MLM) yang menawarkan suatu pendapatan yang tidak terbatas jika distributornya menjalankan bisnis di MLM tersebut secara konsisten. Jadi fokus dari MLM adalah memberikan kebebasan finansial melalui pendapatan yang tidak terbatas.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah dengan pendapatan yang besar tersebut, distributor yang berhasil dapat dikatakan bebas secara finansial. Dari pengamatan dari beberapa top distributor sebuah MLM, sebagian dari mereka ternyata tidak tahu bagaimana mengelola keuangannya. Ada yang membeli properti yang lagi booming tetapi mereka sebenarnya tidak tahu apa tujuan dari pembelian tersebut. Apakah pembelian tersebut dilakukan dengan motif investasi ataukah akan dipakai sendiri. Jadi sebenarnya mereka dapat menghasilkan pendapatan yang sangat besar, tetapi mereka tidak tahu bagaimana mereka mengelola keuangannya.

Mari kita lihat sebuah konsep lain dalam melihat istilah kebebasan finansial ini. Dalam dunia perencanaan keuangan atau di dunia dikenal sebagai financial planning, kebebasan finansial adalah terbebas dari hutang, memiliki pendapatan tetap, telah melunasi KPRnya, anak telah lulus sekolah, dan uang tunai tetap di tangan. Jadi pada titik tertentu, seseorang dikatakan bebas secara finansial jika semua indikator tersebut telah terlewati atau telah direncanakan secara finansial di awal akan terlewati dengan baik.

Seperti kita ketahui bersama bahwa dunia ini semakin individual, artinya ketergantungan antar generasi semakin tidak tergantung satu sama lain secara finansial. Generasi anak kita dan generasi berikutnya tidak akan mau menanggung beban kehidupan orangtuanya atau nenek kakeknya atau generasi-generasi sebelumnya. Padahal biaya untuk kehidupan orang-orang yang sudah berumur cukup besar, mulai dari biaya perawatan kesehatan yang semakin tinggi, biaya perawat yang diperlukan sampai biaya pemakaman yang juga cukup besar.

Di sisi lain sang anak sangat memerlukan sebuah kondisi agar dia dapat hidup secara mandiri. Dapat menghasilkan uang sendiri untuk biaya hidupnya saat ini dan menabung untuk kebutuhan masa depannya. Kemandirian sang anak pada awalnya seperti tumbuhnya tunas tumbuhan yang masih sangat “rapuh”, terkena angin yang sepoi-sepoi saja tunas ini bergoyang bahkan bisa tercabut dari tanah beserta akar-akarnya. Dengan semakin kuatnya akar dan batang kayunya, tumbuhan ini akan semakin kuat dan angin sekencang apapun tidak akan menggoyahkannya. Ilustasi ini menggambarkan betapa rapuhnya seorang anak yang baru mandiri. Jika anak ini sudah harus dibebani dengan beban orang tuanya atau generasi sebelumnya, maka seperti tunas yang dibebani dengan macam-macam pengikat, maka tumbuhan itu meskipun tetap tumbuh akan menjadi “bonsai” yang tidak akan tumbuh lebih tinggi dan lebih besar. Jadi sebagai orangtua, kita harus mempersiapkan keluarga kita untuk hidup mandiri tanpa harus membebani pihak yang lain. Apa langkah yang harus dilakukan?

Dalam perjalanan waktunya sebuah keluarga akan memasuki tahap anak-anak yang baru lahir, memasuki masa kanak-kanak, masa sekolah, lulus sekolah dan mulai bekerja. Sedangkan orangtuanya dalam bekerja mulai menapak dari tingkat staff sampai tingkat yang paling tinggi dalam sebuah perusahaan atau bisnis.

Sebagai ilustrasi, ada dua tujuan akhir yang harus dicapai sebuah keluarga. Yang pertama, anak-anak lulus dari perguruan tinggi, apakah itu tingkatan S1 ataukah S2. Yang kedua, kita sebagai orangtua (suami dan istri) mempunyai keuangan yang stabil saat memasuki masa pensiun.

Kita bahas yang pertama, pendidikan anak-anak. Pendidikan di Indonesia cukup mahal, tingkat taman kanak-kanak saja bisa menghabiskan dana jutaan rupiah. Apalagi tingkat di atasnya. Jadi yang pertama kita lakukan adalah menentukan kemana anak-anak akan kita sekolahkan yang kita sesuaikan dengan kemampuan menghasilkan pendapatan saat ini dan proyeksi ke depannya. Apakah akan kita sekolahkan di sekolah negeri atau swasta, ataukah sekolah di dalam negeri atau di luar negeri. Setelah itu kita memproyeksikan berapa besar dana yang diperlukan untuk pendidikan anak-anak kita ini. Sebagai orangtua kita mengharapkan bahwa anak-anak akan telah hidup mandiri setelah lulus dari pendidikan yang kita berikan.

Yang kedua, hidup setelah pensiun. Kehidupan setelah pensiun berarti sebuah keadaan dimana pendapatan aktif (pendapatan yang didapat dengan bekerja secara aktif) sudah tidak ada lagi. Biaya setelah pensiun didapat dari pendapatan pasif, apakah dari dana pensiun, ataukah dari investasi yang pupuk selama kita masih aktif bekerja. Biaya apa saja yang harus kita keluarkan saat orangtua yang tinggal berdua dan anak-anak sudah mandiri. Selain biaya hidup sehari-hari, juga biaya perawatan medis yang meningkat dengan bertambahnya usia. Juga biaya untuk aktivitas lain yang menjadi impian kita, misalnya jalan-jalan ke luar negeri setiap waktu tertentu ataukah aktivitas lainnya.

Dengan mempersiapkan keuangan kita untuk kedua tujuan tersebut di atas, maka kita sudah mempersiapkan keluarga kita melewati kehidupan di dunia ini tanpa tergantung secara finansial kepada pihak lain, apakah itu anak-anak kita ataukah pihak saudara yang lain. Jika kita mempunyai impian yang lebih tinggi dari kondisi pendapatan kita saat ini, kita dapat bekerja lebih keras (hard work) atau bekerja lebih cerdas (smart work). Bisa kita lakukan dengan memiliki bisnis sendiri di luar pekerjaaan kita yang akan menghasilkan pendapatan pasif ataukah kita berbisnis melalui MLM yang juga menjanjikan pendapatan pasif dan bernilai besar. Ataukah dengan berinvestasi pada instrumen-instrumen yang sesuai dengan keadaan kita. Kita bisa berinvestasi di saham, reksadana, properti atau instrumen investasi lainnya.

Selamat mempersiapkan diri dan bebas secara finansial.

Wednesday, July 2, 2008

Bagaimana menghitung kebutuhan pensiun ?

Tanya :
10 tahun lagi saya akan memasuki masa pensiun. Sebagai pegawai BUMD saya akan mendapatkan uang pensiun setiap bulannya. Tetapi saya belum tahu, apakah uang pensiun yang saya dapatkan cukup untuk hidup kami sekeluarga nantinya. Bagaimana cara menghitung berapa besar uang pensiun yang layak dan apa saja yang perlu saya persiapkan mulai sekarang?
Suwandi, Waru Sidoarjo

Jawab :
Pak Suwandi yang terhormat, saya salut atas kesadaran Bapak dalam menghadapi masa pensiun nantinya. Tidak banyak orang yang sadar akan dana yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi masa pensiunnya. Sekali lagi selamat atas kesadaran Bapak tersebut.

Banyak pegawai yang tidak memikirkan masa pensiunnya saat perusahaan tempat mereka bekerja sudah menyediakan program pensiun. Memang untuk kebutuhan dasar bolehlah mereka mengharapkan dari uang dari program pensiun yang disediakan oleh perusahaan / pemerintah. Tetapi mereka tidak sadar bahwa “gaya hidup” mereka saat ini tidak akan dapat dibiayai dari uang pensiun yang didapat tersebut. Pada umumnya “gaya hidup” saat aktif bekerja akan menurun saat memasuki masa pensiun, tetapi penurunan ini tidaklah terlalu besar agar kita tetap “sejahtera” di masa pensiun.

Yang perlu disadarkan lagi adalah masa bekerja kita lebih pendek daripada masa hidup mandiri kita. Katakan kita mulai bekerja usia 25 tahun, sedangkan usia pensiun umumnya 55 tahun. Jadi masa kita bekerja selama 30 tahun. Lalu katakan rata-rata orang hidup sampai dengan 70 tahun, maka kita hidup secara mandiri selama 45 tahun. Jadi pendapatan selama 30 tahun akan dipakai untuk membiayai kehidupan selama 45 tahun.

Jadi apa yang dapat kita lakukan dengan pendapatan yang kita dapat saat ini? Banyak cara bisa dilakukan, yang pertama harus dilakukan adalah menghitung berapa besar kebutuhan kita saat memasuki masa pensiun. Lalu kurangkan uang pensiun yang kita dapat tadi dari total kebutuhan saat masa pensiun. Maka akan didapat total kebutuhan pensiun yang harus didanai secara mandiri.

Bagaimana pendanaan secara mandiri ini? Bisa dilakukan dengan :

  • Mengikuti dana pensiun secara mandiri di DPLK yang ada di perusahaan asuransi jiwa atau bank umum. Perlu diingat bahwa iuran ke dana pensiun diberikan fasilitas penundaan pengenaan pajak, sehingga kita dapat menghemat pengeluaran atas pajak kita.
  • Berinvestasi, bisa membeli saham, reksadana, atau jenis investasi portofolio lainnya. Atau terjun ke bisnis properti atau bisnis riil lainnya.

Masih banyak cara lainnya yang bisa dilakukan, tinggal kita lebih suka menjalani yang mana.

Total kebutuhan masa pensiun tentunya akan berubah seiring dengan kenaikan pendapatan kita, inflasi atau kenaikan “gaya hidup” kita. Secara reguler penghitungan ini harus direview, sehingga saat memasuki masa pensiun dana yang ada cukup membiayai kehidupan kita. Kita dapat menghitung sendiri atau menghubungi perencana keuangan pribadi anda.

Selamat berhitung.