Thursday, August 21, 2008

Hidup Sejahtera di Masa Pensiun

Masa pensiun bagi kebanyakan orang adalah masa yang penuh dengan suasana “redup” karena kesibukan sudah jauh menurun, fisik sudah mulai melemah, bahkan penyakitpun sudah menggerogoti sebagian organ tubuh. Ini kalau kita bicara tentang kondisi fisik dan aktivitas yang dilakukan. Bagaimana dengan kondisi finansial kita? Apakah seredup kondisi fisik ?

Selain instansi pemerintah, saat ini banyak sekali instansi swasta yang menyediakan program pensiun bagi karyawannya. Tetapi apakah uang pensiun yang dibayarkan cukup untuk membiayai kehidupan kita selama masa pensiun tersebut? Di banyak negara, program pensiun yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun pemberi kerja tidak dapat mencukupi kehidupan para pensiunan di usia senja mereka. Ini artinya ada bagian yang harus disediakan secara mandiri, agar kehidupan pada masa pensiun dapat dilalui dengan baik.

Beberapa waktu yang lalu, penulis mengunjungi sebuah panti wredha yang terletak di Selatan Jakarta. Panti tersebut dihuni oleh sekitar 45 orang yang berusia antara 70 sampai dengan 95 tahun. Fasilitas yang diberikan cukup lengkap, selain akomodasi makan, cuci, dan kamar yang bersih, para penghuni juga disediakan tenaga medis, kegiatan olahraga, juga fasilitas salon untuk perawatan tubuh. Persis seperti sebuah apartemen yang dihuni para manula. Lalu berapa biaya yang harus dibayarkan untuk memperoleh fasilitas itu semua? Ada beberapa kelas yang ditawarkan dan biaya bulanannya berkisar antara Rp. 2.500.000 sampai dengan Rp. 5.000.000 untuk sepasang suami istri.

Apakah biaya tersebut cukup besar? Bayangkan pada masa pensiun kita harus mengelola sebuah rumah yang hanya dihuni oleh sepasang suami istri yang berusia senja. Selain harus membayar biaya rutin, seperti tagihan listrik, air, telepon, kita juga harus menggaji pembantu dan mungkin juga sopir untuk mengantar kita. Juga kerepotan lain akibat mengelola sendiri rumah yang ditinggali tersebut.

Katakan bahwa biaya bulanan sepasang suami istri di panti wredha tadi rata-rata sebesar Rp. 4.000.000 per bulan. Usia kita saat ini 40 tahun. Lalu berapa besar dana yang harus disisihkan saat ini agar kita dapat menikmati masa pensiun di panti wredha tadi dengan sejahtera. Mari kita hitung bersama-sama.

Jika biaya bulanan saat ini sebesar Rp. 4.000.000, sedangkan kita berencana akan hidup di panti wredha tadi 20 tahun lagi atau saat kita berusia 60 tahun. Dengan inflasi sebesar 7% per tahun, maka saat itu biaya bulanan telah berada pada kisaran Rp. 15 sampai dengan 16 juta. Tiga kali lipat dibandingkan dengan biaya saat ini.

Dari pengamatan di panti wredha yang penulis kunjungi, usia 70 tahun adalah usia paling muda dari penghuni panti tersebut. Jadi kehidupan yang sejahtera di usia pensiun tampaknya meningkatkan harapan hidup seseorang menjadi lebih panjang. Mungkin para psikolog mempunyai jawaban atas fenomena ini.
Katakan usia meninggal yang kita pakai adalah 80 tahun (bandingkan dengan hasil statistik yang menyatakan bahwa rata-rata usia orang Indonesia yang berkisar antara 65 s.d. 70 tahun). Maka kita akan hidup di panti wredha selama 20 tahun. Berarti kita mempunyai kesempatan untuk mencicil biaya kehidupan masa pensiun selama 20 tahun, yaitu antara usia 40 dan 60 tahun.

Dengan asumsi tingkat bunga yang sebesar 10% per tahun, maka pada saat memasuki masa pensiun yaitu pada usia 60 tahun diperlukan dana sekitar Rp. 3 Milyar. Jumlah tersebut akan bernilai sekitar Rp. 450 juta saat ini. Cukup besar untuk para eksekutif muda yang baru mulai mapan secara finansial. Jumlah tersebut dapat dicicil selama 20 tahun yaitu sebesar Rp. 4,3 juta per bulan. Jika jumlah inipun masih cukup besar, maka kita dapat mencicilnya dengan cicilan yang menaik 10% setiap tahunnya. Besar cicilan per bulannya pada tahun pertama sekitar Rp. 2 juta, dan Rp. 2,2 juta pada tahun kedua, demikian seterusnya

Dana yang diperlukan yang sebesar Rp. 3 Milyar dapat dikurangi dengan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah maupun oleh pemberi kerja. Program Jamsostek yang diselenggarakan oleh pemerintah, juga ketentuan pembayaran pesangon pada Undang-Undang Ketenagakerjaan, serta program pensiun yang diselenggarakan oleh tempat kita bekerja akan mengurangi beban akumulasi yang sebesar Rp. 3 Milyar tadi. Katakan dari program Jamsostek, pesangon maupun program pensiun pemberi kerja memberikan uang pensiun senilai Rp. 1 Milyar, maka kita tinggal mempersiapkan dana secara mandiri sebesar Rp. 2 Milyar saja. Banyak cara yang bisa lakukan untuk mengakumulasi dana sebesar Rp. 2 Milyar tadi, tergantung dari karakter kita dan juga ketersediaan produk pensiun maupun produk investasi yang ada di pasaran.

Ada satu catatan lagi yang perlu diperhatikan, yaitu biaya di panti wredha yang berkisar antara Rp. 2,5 juta sampai Rp. 5 juta tadi, tidak termasuk dengan biaya kesehatan yang diperlukan saat kita memerlukan perawatan kesehatan, apakah rawat jalan maupun menginap di rumah sakit. Biaya ini cukup besar, karena tingkat kesehatan orang-orang yang telah memasuki masa pensiun akan menurun. Selain penyakit karena usia lanjut, juga adanya komplikasi lain akibat penyakit yang diderita sebelumnya.

Banyak cara untuk mempersiapkan biaya kesehatan ini. Ada beberapa perusahaan besar yang telah menyediakan fasilitas kesehatan bagi karyawannya mulai saat mereka aktif bekerja sampai mereka memasuki masa pensiun. Tetapi pada dasarnya fasilitas kesehatan hanya akan mencukupi kebutuhan dasar penanganan sebuah penyakit. Jika kita memerlukan penanganan lebih lanjut, maka kita harus membayar sendiri kebutuhan biayanya. Jadi kesimpulannya, kita harus mempersiapkan secara mandiri kebutuhan kesehatan kita saat memasuki masa pensiun.

Di pasaran, beberapa perusahaan asuransi, telah mempersiapkan produk khusus untuk pembiayaan kesehatan masa pensiun ini. Atau kita juga dapat mempersiapkan sendiri pada instrumen atau produk lain yang ada di pasaran. Persiapan biaya kesehatan masa pensiun ini, dapat juga kita gabungkan dengan persiapan untuk biaya hidup seperti yang kita bahas sebelumnya.

Selamat berhitung dan bayangkan kita akan hidup sejahtera di usia senja nanti.

No comments: